"Hidup Rapuh ini Kau Kehendaki "
Retret di Pratista, Bandung
oleh; Riyani Suyono_MM (9)
-
Hari 1
(Jumat, 22 Februari 2019)
Pada
tanggal 22-25 Februari 2019, SMP Santo Antonius khususnya kelas 9 mengadakan
kegiatan retret yang dilaksanakan di Pratista, Bandung. Kami berangkat pada
Jumat, 22 Februari 2019 pagi, kami kumpul di sekolah dan berangkat pukul
08.00 WIB. Kami sampai kira-kira pukul
12.30 dan langsung makan siang sebelum kami membereskan barang-barang, sekitar
pukul 13.00 kami masuk ke Pratista dan membereskan barang-barang kami ke dalam
kamar. Segala barang-barang elektronik dan uang pun kami titipkan kepada guru.
Kami memulai kegiatan dengan snack sore yang kemudian dilanjutkan dengan
Misa/Ibadat Pembuka yang dibawakan oleh Pastor Dadang. Setelah itu kami masuk
ke dalam ruang rekreasi berkenalan sekaligus melakukan beberapa games yang
memiliki tujuan melatih kerjasama, fokus, dan kebersamaan. Kira-kira pukul
19.00 WIB, kami makan malam dan bergabung dengan kelompok, makan di buka dengan
doa lalu di tutup kembali dengan doa. Pada pukul 20.00 WIB kami memulai sesi
pertama dengan perkenalan mengenai kegiatan retret yang dibawakan oleh Frater
Faried dan kami diminta untuk menuliskan arti dari setiap huruf dalam kata
“RETRET” atau “RETREAT” dengan makna yang alay atau zaman kekinian dan makna
yang serius. Sebelum tidur kami berdoa bersama, doa dilakukan secara spontan
satu persatu oleh kita yang isi nya adalah ucapan syukur kepada Tuhan.
-
Hari II (Sabtu, 23 Februari 2019)
Kami bangun pagi-pagi sekali sekitar
pukul 04.30 WIB, ada yang saling membangunkan satu dengan yang lain ada juga
yang langsung mandi dan bersiap-siap untuk ibadat pagi. Kami menuju ke Kapel
dan melakukan Ibadat Pagi. Kami mendapat pembekalan sebelum retret alam dan
persiapan untuk retret alam dan diminta untuk membuat video blog (vlog) secara
berkelompok. Sekitar pukul 08.30 WIB kami menuju ke tempat retret alam di Curug
Layung yang didampingi oleh Frater Faried. Kami berangkat menggunakan angkot,
namun setelah itu kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kami yang kurang
lebih 1 KM dengan medan jalan yang tidak rata dan tanjakan/menaik, belum lagi ditambah dari intu masuk ke air
terjun dengan jarak kurang lebih 500 M dengan jalan yang naik-turun dan tidak
rata. Tapi begitu sampai di sana kami tidak merasa sia-sia pergi ke sana karena
pemanddangan alam yang sungguh indah buah dari ciptaan Tuhan yang sangat patut
untuk kita kagumi dan bahkan kita jaga. Dalam perjalanan kita mendapatkan suatu
pelajaran, yaitu dalam mencapai suatu hal apalagi kebahagiaan itu memerlukan
proses panjang dan juga melelahkan, seperti jalan yang kita lalui tidak mudah
tapi harus kita lalui demi mendapatkan suatu pengalaman berharga dan dapat
meikmati keindahan alam yang sangat mempesonan serta bagaimana kita tidak mudah
menyerah/putus asa dan tidak mudah mengeluh. Dan di sana kami juga diajak
berbaur dengan sekolah lain (SMP Pamardi Yuwana Bhakti) yang melakukan retret
di Pratista bersama kami mereka juga di dampingin
oleh Pastor Ferdinand. Kami makan siang bersama di sana menikmati kebersamaan.
Setelah itu kami kembali ke Pratista menggunakan angkot dari depan pintu masuk
Curug Layung. Sampai di Pratista kami diberi kesempatan untuk beristirahat dan
membersihkan diri serta mempersiapkan vlog yang telah kami buat, dilanjutkan
dengan snack sore.Kami berdoa Malaikat Tuhan tepat pukul 18.00 WIB yang
kemudian dilanjutkan dengan Doa Rosario. Setelah itu kami makan malam bersama,
seperti biasa kami berkumpul bersama kelompok kami serta membuka dan menutupnya
dengan doa. Kami memasuki sesi berikutnya bersama Frater Faried, yaitu
mengevaluasi hasil perjalanan retret alam dan menunjukkan hasil video yang
telah kami buat, kami menutup sesi pada hari itu dengan doa bersama.
-
Hari
III (Minggu, 24 Februari 2019)
Kami bangun
pagi dan langsung mandi. Kami menuju ke Kapel untuk Ibadat Pagi yang kemudian
dilanjutkan dengan Misa yang dilakukan bersama dengan umat di sekitar Pratista
di Kapel St Helena. Kemudian kami sarapan bersama. Kami memulai sesi dengan
Frater Faried yang bertema “Aku Rapuh di tengan Mereka” lalu kami diminta
membuat sebuah hiasan koran yang tak bernilai (suatu yang dianggap sebagai
sampah) menjadi suatu yang sangat indah lalu menjelaskan makna dari hasil yang
telah kita buat.
Setelah itu
kami snack siang. Sesi selanjutnya kami bersama dengan Pastor Maman, yang
membahas tentang berbagai kekerasan/permasalahan yang ada di lingkungan sekitar
kita, dan secara berkelompok kami diminta membuat slogan mengenai beberapa hal
dan menuliskan definisi, penyebab, dampak, dan solusi untuk masalah tersebut.
Kelompok saya mendaptkan tema “Kekerasan terhadap unsur SARA (Suku, Agama, Ras,
dan Antar Golongan). Setelah mengerjakan itu kami makan siang dan dilanjutkan
dengan beristirahat dan waktu bebas untuk jalan-jalan di sekitar Pratista, ada
yang tidur, melanjutkan tugas nya, ada juga yang bermain bola di lapangan.
Dilanjutkan dengan renungan, kami diberikan bahan untuk renungan untuk kami
renungkan dari kitab suci, yaitu Kolose 3 : 5-17.
Kemudian
snack sore serta mempresentasikan segala hasil pekerjaan kami. Kami diminta
untuk menuliskan pengalaman disakiti/dikecewakan oleh orang tua dan pengalaman
orrang tua yang disakiti/dikecewakan oleh kami. Hasilnya hanyalah kita dan
Tuhan yang tahu, di sini kami benar-benar diajak untuk merenungkan segala yang
telah terjadi di antara kami dan orang tua kami. Bahkan saat makanpun kami tidak boleh ngobrol
atau berbicara dengan teman yang lain, kita benar-benar diajak merenungkan. Dan
pada saat menulis itu tak sedikit dari kami yang menangis bahkan setelah kami
ke Kapel tangis kami semakin bertambah lagi karena segala renungan-renungan
yang diberikan oleh Pastor Maman, guru sebagai orang tua yang juga mendampingi
kita menjadi perantara berkat dari orang tua kami kepada kami semua. Lalu
kertas itu dibakar agar apa yang terjadi menjadi biarlah terjadi dan memulai
suatu lembaran baru. Kami kembali ke Ruang Konferensi (tempat kami berkumpul)
dan meulis sebuah surat untuk orang tua kami masing-masing, sebagai wujud rasa
terimakasih dan permintaan maaf dari kami. Kami berdoa lalu tidur malam.
-
Hari IV (Senin, 25 Februari 2019)
Kami bangun pagi dan langsung mandi.
Kami membereskan barang-barang dan bersiap untuk kembali ke Jakarta, semua
barang di taruh di Ruang Rekreasi. Setelah itu kami menuju ke Kapel, membuka
dengan Ibadat dan melalukan doa menuju Gua Maria sambil membawa lilin sebagai
tanda terang bagi diri kami, dan penyampaian doa-doa kita melalui Bunda Maria,
Bunda-Nya yang kudus agar segala doa kita dapat tersampaikan kepada Putra-Nya.
Lalu kami makan pagi.
Sesi
selanjutnya adalah penyampaian materi melalui sarana visual, yaitu menonton
sebuah film berjudul “Akeelah and the Bee” bergabung dengan SMP Pamardi Yuwana
Bhakti. Dari film itu kami belajar tentang ketidakmudahmenyerahan dan
memanfaatkan segala kekurangan dan kelebihan yang ada serta selalu mensyukuri
apa yang ada. Setelah itu kami makan siang dan Ibadat Penutupan yang dipimpin
oleh Pastor Felix. Dan menyampaikan kata-kata perpisahan kepada semua pihak yang telah membantu kami. Kami
memasukkan barang-barang ke dalam bus, setelah kami pulang ada adik-adik dari
SD St Antonius yang melaksanakan kegiatan retret di sana. Kami jalan pulan ke
Jakarta dan sampai di sekolah pada puku 15.45 WIB.
Dalam kegiatan ini kami diajak untuk
merefleksikan kembali hal-hal apa saja yang telah kita lakukan dan mendapatkan
suatu motivasi dan hal-hal baru yang dapat kami teladani dan mengubah serta
meninggalkan sikap-sikap yang tidak baik sebelumnya agar menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.
Kami
juga diajak untuk semakin dengan dan kenal dengan teman-teman kita sebelum
segala kebersamaan ini akan berakhir agar ada kenangan indah yang membekas di
hati kami masing-masing. Serta mengajak kita untuk berbaur dengan orang-orang
baru serta belajar tidak saling membeda-bedakan dan pengalaman spiritulistas
yang lebih baru lagi, mensyukuri segala sesuatu yang telah kita miliki
sekarang. Pengalaman yang tak terlupakan. Love in God, We Are Not A Friends But
We Are Family…
Komentar
Posting Komentar