Explore Ibu Kota
Jelajah Jejak Sejarah Kota Jakarta
= MM team =
Hunting foto, ngevlog, merupakan
kegiatan ekstrakurikuler MM (Multimedia) dan merupakan agenda di akhir tahun
pelajaran yang wajib diikuti oleh peserta MM. Sudah dua dekade ini kami tim MM
mengadakan hunting dan ngevlog di luar sekolah, yang sebelumnya di Taman Mini
Indonesia Indah, kali ini tempat yang menjadi sasaran hunting dan ngevlog kami di Kotu (Kota Tua), diantaranya; Tomer (Toko
Merah), Jembatan Kota Intan, Museum Bahari, Menara Syahbandar, dan Pelabuhan
Sunda Kelapa.
Jelajah jejak MM team kali dilaksanakan
hari Minggu, 16 Juni 2019 setelah PAS (Penilaian Akhir Semester) selesai
dilaksanakan, diikuti oleh 11 peserta dan 3 guru pendamping serta 1 guide handal di bidang sejarah kota
Jakarta yang bernama Katarina Gadis Wurihandayani . jelajah jejak dimulai pukul 07.30 WIB, semua
pserta berkumpul di Gereja Antonius Bidhara Cina, Jakarta Timur, yang kemudian
dilanjutkan dengan jalan kaki menuju halte busway. Kurang lebih 30 menit, kami
tiba di tujuan pertama kami, yaitu Tomer (Toko Merah). Tomer tersebut merupakan
sebuah peninggalan bangunan kolonial Belanda yang terletak di tepi barat Kali
Besar. Tomer merupakan salah satu bangunan tertua di Jakarta yang mempunyai
ciri khas warna bangunannya yaitu warna merah. Bangunan ini merupakan bekas
kediaman Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff, dan tidak sembarang
orang boleh memasuki bangunan tersebut. Kini, bangunan tersebut digunakan untuk
acara- acara pernikahan. Walaupun kami tidak bisa masuk ke bangunan tersebut,
kamu cukup puas dengan kunjungan kami di Tomer, karena memang bangunan yang
unik, kokoh dan berbeda dari bangunan yang lain.
Selesai kami menikmati dan berfoto-
foto dan membuat vlog terkait dengan bangunan tersebut, kami melanjutkan ke
jelajah jejak kami selanjutnya yaitu di Jembatan Kota Intan dengan berjalan
kaki di bawah teriknya matahari. Kurang lebih 10 menit kami jalan, sampailah
kami di Jembatan Kota Intan. Awalnya kami hanya melihat- lihat dari luar
gerbang, namun berkat bapak penjaga yang baik hati, kami diperbolehkan masuk ke
sekitaran Jembatan Kota Intan. Sedikit mengerikan, melihat jembatan tersebut,
karena warna yang sudah memudar serta kayunya yang terkesan rapuh, kamipun ragu
untuk dapat menikmati suasana di jembatan tersebut. Namun, berkat arahan dari
bapak penjaga jembatan tersebut, kami pun dengan mantab melangkahkan kaki untuk
berjalan di jembatan tersebut. Dulunya, Jembatan Kota Intan tersebut merupakan
jembatan penghubung antara benteng Belanda (VOC) dan Inggris (IEC) sebagai
jalur perdagangan yang saat itu bersebrangan dan dibatasi oleh Kali Besar.
Lokasi selanjutnya, kami menuju Museum
Bahari. Panasnya terik matahari tidak menyurutkan semangat kami untuk terus
berjalan menyusuri jalanan yang kadang kami dihadapkan oleh keadaan sekitar
yang sedikit membuat kami heran, karena memang jalanan yang kami susuri bukan
jalanan raya biasa, namun jalan yang dulunya merupakan bekas tempat pasar
tradisional yang baru saja dibenahi oleh Bapak Gubernur Ahok. Setelah kurang
lebih 15 menit, sampailah kami di Museum Bahari. Pada masa VOC, gedung tersebut
berfungsi sebagai gudang penyimpanan rempah- rempah. Selain itu, digunakan
untuk menyimpan komoditi berharga yang
dijual di Nusantara seperti timah, tembaga, tekstil milik VOC. Untuk ruangan
pertama, kami dihadapkan oleh kemegahan dan keunikan bentuk- bentuk kapal yang
menambah kekaguman kami akan pada masa itu. Kemudian kami beranjak ke bangunan
selanjutnya yaitu terdapat biota- biota laut yang di awetkan dan sangat menarik,
menambah pengetahuan kami akan berbagai macam biota laut.
Setelah puas melihat-
lihat biota laut yang begitu mengagumkan, kami diladapkan dengan diorama tokoh
yang sangat unik dan menarik, serta gudang rempah- rempah yang masih banyak dan
lengkap, dan menambah pengetahuan kami akan nama dan jenis rempah- rempah yang
sebelumnya tidak kami ketahui. Selesai menikmati diorama tokoh dan berbagai
macam rempah- rempah, kami melanjutkan perjalanan kami menuju Menara Syahbandar
yang merupakan bagian dari Museum Bahari juga. Disini, kami bisa melihat
pemandangan kota Jakarta yang sungguh sangat indah. Menara tersebut merupakan
saksi bisu keluar masuknya kapal Belanda di Batavia. Konon katanya, menara
tersebut digunakan sebagai ‘pabean’ tempat mengumpulkan pajak dan atas barang-
barang yang dibongkar di Pelabuhan Sunda Kelapa. Selain itu Pemerintah Belanda
membangun sebuah terowongan tepat di
bawah Menara Syahbandar tersebut, dimana terowongan ini menghubungkan menara
dengan Benteng Frederik Hendrik yang kemudian dibongkar dan lokasi ini sekarang
telah menjdi sebuah masjid yang kini dikenal dengan Masjid Istiqlal.
Selesai di Menara Syahbandar, jelajah
jejak selanjutnya dan merupakan jelajah kami yang terakhir adalah Pelabuhan
Sunda Kelapa. Berhubung tenaga kami sudah cukup terkuras, kami memutuskan untuk
naik kendaraan online. Tidak sampai 10 menit, kami sampai di Pelabuhan Sunda
Kelapa, tepat matahari berada di atas kepala kami. Sehingga kami memutuskan
untuk sejenak istirahat, sambil mendengarkan cerita sejarah pelabuhan sunda
kelapa dari salah satu penjaga pelabuhan tersebut. Kami cukup terhibur dengan
cara penjaga tersebut bercerita, sehingga menumbuhkan semangat kami lagi untuk terus menjelajah Pelabuhan Sunda
Kelapa tersebut.
Disini kami dihadapkan oleh aktivitas orang yang memang
sungguh sangat berbeda. Dengan pemandangan yang penuh kapal besar- besar, dan
truk barang yang besar juga, karena memang pelabuhan tersebut sampai sekarang
masih berfungsi sebagai tempat kegiatan perdagangan. Selesai mendengarkan
cerita dari petugaas pelabuhan tersebut, kami diberi kebebasan untuk keliling
dan melihat- lihat sekitar pelabuhan tersebut, dengan catatan selalu bertutur
kata yang baik, sopan, dan selalu hati- hati dengan keadaan di sekitar, karena
memang siang itu banyak kendaraan truk yang beraktivitas.
Komentar
Posting Komentar